February 1, 2010

Unjuk Gigi di PIU 2009

Dalam usianya yang memasuki tahun ke-52, Unpad unjuk kemampuan dalam dunia penelitian, salah satu pilar tridharma perguruan tinggi (PT). Yang dipamerkan tentu saja hasil-hasil penelitian yang diandalkan. Unpad unjuk gigi dalam sebuah forum besar bernama Pekan Ilmiah Unpad (PIU), yang berlangsung pada  Senin-Kamis, 16-19 November 2009, di kampus lama Unpad, Jl. Dipati Ukur Bandung. Dalam acara itu Unpad mengundang dan melibatkan beberapa PT di Jawa Barat (Jabar) dan mitra-mitra Unpad.

 Tidak tanggung-tanggung, dalam PIU itu dipresentasikan 60 makalah hasil penelitian para dosen dari semua fakultas di lingkungan Unpad. Ketua Panitia PIU 2009, Dr. Chay Asdak  dalam acara pembukaan mengatakan, dalam forum ilmiah itu pada dosen Unpad  diberi  kesempatan untuk mempublikasikan hasil-hasil penelitian terbaru. Tujuan dan manfaat yang bisa diraih di PIU, antara lain,  pertama, memperkenalkan karya-karya ilmiah (hasil penelitian) antarfakultas, supaya tidak ada lagi kesenjangan informasi hasil penelitian antar fakultas. Kedua, PIU merupakan ajang promosi inovasi kepada mitra-mitra Unpad. Ketiga, PIU juga sebagai bentuk sumbangsih Unpad kepada masyarakat Jabar khususnya. Keempat, PIU dipergunakan pula sebagai cara untuk mengapresiasi para peneliti Unpad, agar mereka lebih meningkatkan kinerja dalam dunia penelitian.

 Di depan para peserta PIU, Rektor Unpad, Ganjar Kurnia, mengungkapkan obsesinya,  yakni menjadikan PIU kegiatan ilmiah tahunan. Kata Rektor, penelitian adalah penanda performa akademik suatu PT. Unpad bisa menduduki peringkat tinggi di tingkat nasional dalam hal kinerja akademik. Ada dua indikator utama yang menentukan posisi (peringkat) sebuah PT secara nasional dan internasional, yaitu banyaknya produk (karya imiah atau inovasi) dosen yang dipatenkan atau mendapatkan sertifikat Hak atas Kekayaan Intelektual (HKI), dan banyaknya karya tulis ilmiah dosen yang dimuat di jurnal-jurnal   nasional dan internasional.

Penelitian bukan semata-mata untuk kepentingan universitas, katanya, melainkan juga untuk pembuktian eksistensi sang dosen. Rektor mengimbau para dosen untuk meneliti objek-objek penting yang sesuai dengan bidang ilmu masing-masing. Tujuannya, agar publik mengakui kepakaran para dosen Unpad di bidang ilmunya. Penelitian merupakan pengayaan kegiatan perkuliahan. Penelitian tidaklah sama dengan laporan, tetapi ada produk yang dihasilkan di dalam penelitian itu.

 

 

Seminar Andalan

Pada hari pertama PIU disajikan hasil Penelitian  Andalan Unpad, dan I-MHERE (Indonesia Managing Higher Education for Relevance dan Efficiency). Dalam PIU kedua ini diadakan pula Seminar Antar fakultas, Seminar Nasional, Pameran Hasil Penelitian, Inovasi dan Teknologi, Pengabdian kepada Masyarakat, Kompetisi Poster Ilmiah, Pameran Foto Kuliah Kerja Nyata Mahasiswa (KKNM) Juli-Agustus 2009, dan Bincang-bincang (talk show).

Seminar Andalan ditampilkan dalam dua sesi. Pada sesi pertama Amiruddin A. Dajaan, dosen Fakultas Hukum Unpad,  mempresentasikan makalahnya tentang Degradasi Sungai Citarum akibat pendangkalan dan penggundulan hutan. Amiruddin mendorong dibuatya undang-undang (UU) tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS). Isi UU tersebut, katanya, harus diusulkan oleh semua sektor terkait, karena tiap daerah memiliki kepentingan yang berbeda, sesuai dengan potensi dan aspirasi masyarakatnya masing-masing.

Makalah kedua berjudul, “Perkembangan dan Kedudukan Angklung dalam Masyarakat Sunda”, hasil penelitian dan penelusuran sejarah yang dilakukan Awaludin Nugraha beserta timnya dari Fakultas Sastra Unpad.

Kemudian disajikan pula makalah yang berjudul, “Peningkatan Pangan melalui Pemanfataan Biji Sorgum sebagai Beras Tepung”. Efri Mardawati, dosen Fakultas Teknologi Industri Pertanian (FTIP) Unpad yang mewakili timnya memaparkan potensi sorgum sebagai   bahan pangan alternatif. Sorgum merupakan serealia terpenting kelima di dunia dan memiliki gizi baik karena relatif tahan lama, toleran terhadap kekeringan, dan membutuhkan masukan  pertanian yang kecil. Penelitian ini merupakan salah satu buah program I-MHERE.

Pada sesi kedua, Rista D. Sutikno dari Fakultas Kedokteran (FK) Unpad mengungkapkan kepada peserta seminar tentang contrast agent  dalam kaitannya dengan membantu proses Magnetic Resonance Imaging (MRI). Hasil penelitian ini sudah mendapatkan sertifikat HKI, dan produknya, Gd-DTPA, sudah terdaftar pula sebagai merek dagang. Ini merupakan salah satu penelitian dalam rangka I-MHERE.

 

Penelitian, Inovasi, dan Teknologi

Pameran Hasil Penelitian dan Inovasi Teknologi yang digelar dalam PIU mendapat perhatian besar dari banyak pengunjung. Dalam pameran itu hampir semua fakultas  memamerkan hasil penelitian, produk, dan inovasi teknologi mereka. Tak sedikit pengunjung bertanya, bahkan berpartisipasi dengan mencoba produk beberapa fakultas. Fakultas Ilmu Keperawatan, contohnya, mengadakan senam untuk mencegah terjadinya osteoporosis. Senam yang dipandu empat mahasiswi itu diikuti oleh beberapa mahasiswa dan ibu-ibu (pengunjung dan penjaga stand). Fakultas Geologi juga terlihat sukses menarik minat pengunjung karena memamerkan perhiasan yang unik untuk dipakai dan dipajang di ruangan. Pengunjung juga terlihat memadati ketiga stand FK yang melayani pemeriksaan dan konsultasi kesehatan.

“Yang paling menarik adalah pemeriksaan kesehatan. Jadi ketahuan kita sakit apa. Dari tadi banyak orang yang datang ke stand pemeriksaan kesehatan gratis, periksa mata, dan lain-lain,” ujar salah seorang pengunjung, Tendi.

“Semuanya menarik. Tiap materi yang dipamerkan di sini punya kelebihan masing-masing. Disiplinnya ‘kan berbeda-beda, jadi saya manfaatkan untuk menambah pengetahuan. Yah, kalau ada yang menarik, ya, saya belilah,” ujar Wilar, dosen Fakultas Farmasi yang sangat tekun memperhatikan materi pameran di tiap stand, termasuk pameran foto.

 

Kekhasan dan Publikasi

Sebagai penutup rangkaian kegiatan PIU, digelar Talk Show  (Bincang-bincang) tentang  “Unpad pada Era Sains dan Teknologi” di Grha Sanusi Hardjadinata. Ganjar Kurnia, Brigjen Monang Siburian, dan Nurjaman tampil sebagai pembicara. Menurut Monang dan Nurjaman,  keinginan besar menjadi universitas kelas dunia menuntut Unpad untuk menghasilkan produk dan lulusan yang berkualitas tinggi.  Unpad juga harus sanggup menghasilkan produk penelitian yang aplikatif dan bermanfaat langsung bagi masyarakat. Namun, selama ini hasil penelitian Unpad jarang tersiar ke masyarakat nasional.

Hal ini diakui Rektor Unpad. “Memang, sebagian besar hasil penelitian di Unpad bukan produk, tapi laporan belaka, yang akhirnya menumpuk saja di gudang.” Sebenarnya ada beberapa produk penelitian dosen yang baik, namun publikasinya yang masih sangat kurang.

“Warga akademik Unpad saja masih banyak yang belum tahu soal produk penelitian keluaran Unpad,” ungkap Ganjar berterus terang.

Pernyataan Ganjar disambut Nurjaman. Menurutnya, kunci kesuksesan sebuah penelitian bukan ditentukan dari kualitas produknya saja, melainkan juga kemampuan masyarakat mengaplikasikannya di lapangan. Untuk bisa sampai ke masyarakat, perlu adanya publikasi yang baik. Nurjaman menilai, selama ini Unpad belum memiliki jaringan publikasi yang baik, sehingga produk-produk penelitiannya pun jarang terdengar. Menurutnya, Unpad memerlukan pemasar yang lebih baik.

“Pemasar ini dibutuhkan untuk memperkenalkan produk-produk Unpad kepada masyarakat,” ungkap lulusan FISIP Unpad itu.

Unpad berbeda dengan ITB. Menurutnya, ITB sudah memiliki jaringan publikasi yang baik. Kini Unpad membutuhkan Public Relations Marketing yang handal untuk mengemas dan mempublikasikan produk Unpad agar diketahui masyarakat nasional dan internasional.

PR yang dibutuhkan Unpad ini harus tangguh. Apalagi untuk menjadi world class university, PR ini juga harus bisa berbicara di forum-forum internasional,” tegas Wakil Pemimpin Redaksi TV One Jakarta itu.

Dia menyarankan, sebaiknya Unpad menjalin kemitraan dengan media massa dalam membangun jaringan publikasi. Ganjar langsung menanggapinya.  Unpad selama ini sebenarnya sudah menjalin kerja sama dengan media massa, namun intensitasnya masih kurang sekali, katanya.

Brigjen Monang Siburian, yang berbicara dari perspektif militer pun menyarankan, Unpad sebaiknya menjalin kemitraan dalam bidang pertahanan, karena termasuk bidang yang potensial untuk dikembangkan Unpad. Dia menilai Unpad selama ini belum mempunyai ciri khas yang kuat dari produk penelitiannya.

“Untuk bisa menjadi world class university, Unpad harus mempunyai ciri khas dalam produk penelitiannya. Unpad bisa mengembangkan bioenergi atau singkong, misalnya. Kekhasan inilah yang menjadi kekuatan Unpad dalam menunjukkan kiprahnya di mata masyarakat,” tegas Monang dalam Bincang-bincang yang dipandu oleh Tina Talisa, lulusan FKG Unpad, yang kini menjadi pembawa acara dan wartawan TV One.

“Memang, kekhasan harus dimiliki tiap fakultas dalam produk penelitiannya sebagai modal untuk menjadi world class university.” Ganjar  menanggapi pernyataan Monang.

Pakar sosial-ekonomi pertanian itu menambahkan, sebenarnya Unpad sudah menentukan langkah baik. Hal tersebut terdapat dalam Indikator Kinerja Kunci (IKK) yang dibuat tiap fakultas. Selain itu, pihaknya sudah mengarahkan berbagai penelitian untuk berorientasi pada HKI, Paten, dan publikasi ilmiah. Salah satunya lewat PIU 2009.

Meskipun tak jadi disiarkan langsung oleh TV One,  acara berdurasi dua jam ini mendapat perhatian besar para mahasiswa dan dosen Unpad.

“Saya sengaja datang ke sini, di sela-sela kuliah, ya, memang pengen ngikutin talk show ini. Sekalian pengen lihat pameran ilmiahnya juga,” ungkap Ira (20), mahasiswa Fakultas Hukum Unpad.

Sang moderator yang cantik dan cerdas, Tina Talisa, menyarankan agar Unpad juga menjalin kerjasama dengan para alumni. Usulannya langsung didukung rekannya, Nurjaman.  Selain membangun kemitraan dengan media massa, Unpad juga harus membangun jaringan yang kuat dengan alumni. Nurjaman menyarankan, akan lebih baik jika Unpad memberikan penghargaan atau gelar khusus bagi alumni yang berprestasi besar, baik berprestasi di bidangnya atau pun bukan di bidangnya.

Apakah materi PIU 2009, termasuk sumbang saran para alumni yang tampil dalam acara Bincang-bincang  itu, akan segera ditindaklanjuti secara konkret dan terprogram oleh para warga akademik Unpad, terutama para pemimpin dan dosen Unpad?  Ya, kita tunggu dan lihat sajalah! Semoga tidak NATO alias Omdo. *** Purwaningtyas, Arie Christy S. Meliala, R. Lasmi Teja Raspati, dan Nunik Maharani Hartoyo

Artikel terkait