October 12, 2010

Status dan Meknisme Resistensi Biokimia Crocidolomia oavonana (F) Terhadap Insektisida Organofosfat serta Kepekaannya terhadap Insektisida Botani

Dr. Ir. Danar Dono, M.Si. Safri Ishmayana, S.Si Djoko Prijono, M.AgrSc Fakultas: PERTANIAN Sumberdana: Fundamental Tahun: 2010 Abstrak: Pemantauan status dan analisis mekanisme resistensi biokimia hama C. pavonana terhadap insektisida tertentu penting dilakukan. Pada penelitian ini akan dievaluasi status resistensi hama Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera: Pyralidae) dari 6 desa sentra pertanaman kubis di Jawa Barat terhadap insektisida profenofos (organofosfat). Insektisida profenofos merupakan jenis insektisida yang sering digunakan oleh petani untuk pengendalian hama pada tanaman kubis-kubisan. Sejauh ini, penelitian tentang mekanisme resistensi biokimia C. pavonana terhadap insektisida belum pernah dilakukan. Analisis mekanisme resistensi hama C. pavonana terhadap insektisida profenofos akan dilakukan. Pengujian resistensi dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu penentuan tingkat kepekaan acuan, diagnosis resistensi, dan penentuan tingkat resistensi. Masing-masing tahap diuji dailakukan dengan metode perlakuan pakan dan metode kontak residu pada tabung. Nisbah resistensi (NR) ditentukan dengan membandingkan nilai LC50 populasi lapangan dengan populasi standar. C. pavonana populasi lapangan dikatakan telah resisten jika mempunyai NR ? 4. Analisis biokimia mekanisme resistensi dilakukan terhadap populasi C. pavonana yang menunjukkan resistensi terhadap insektisida tertentu. Deteksi enzim tersebut dilakukan dengan metode elektroforesis dan analisis aktivitas asetilkolinesterase (AChE), esterase, serta Glutasion S-transferase dilakukan dengan metode spektrofotometer. Serangga yang resisten terhadap insektisida sintetik tertentu diuji kepekaannya terhadap insektisida botani tertentu, sehingga diketahui alternatif penanganan serangga resisten. Melalui pemantauan status resistensi dan analisis mekanismenya, strategi pengendalian ulat daun dan krop kubis dapat dikembangkan dengan baik termasuk penggunaan insektisida botani, sehingga insektisida dapat digunakan sebagai sarana pengendalian hama dalam waktu yang lebih lama karena timbulnya resistensi hama sasaran dapat dihindari atau diperlambat. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa populasi C. pavonana dari ke-6 desa di Kabupaten Garut (Kecamatan Cikajang Wilayah 1: Cikandang, Mekarjaya, Simpang. Kecamatan Cikajang Wilayah 2: Cibodas, Mekarsari, Padasuka) mengindikasikan terjadi peningkatan resistensi terhadap insektisida sintetik profenofos, karena hanya menunjukkan nilai nisbah resistensi yang lebih dari satu. Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian untuk Kecamatan Pengalengan pada tahun 2009 yang menunjukkan telah terjadi resistensi C. pavonana terhadap insektisida berbahan aktif profenofos dengan nilai nisbah resistensi 4,04 yang terjadi pada populasi C. pavonana asal Desa Margamukti. Resistensi akan berkembang cepat apabila petani menggunakan insektisida yang sama secara terus menerus dengan frekuensi yang tinggi. Mekanisme biokimia resistensi C. pavonana menunjukkan adanya variasi aktivitas enzim detoksifikasi dari masing-masing populasi lapangan, karena kemungkinan adanya variasi paparan insektisida yang beragam dari aspek dosis, frekuensi aplikasi, dan pencampuran jenis pestisida pada saat aplikasi di daerah tersebut. Ekstrak metanol kulit biji A. occidentale dan daun N. tabacum dapat digunakan sebagai alternatif pengelolaan resistensi C. pavonana terhadap insektisida sintetik profenofos (nilai nisbah resistensi kurang dari satu), yang menunjukkan bahwa populasi lapangan yang resisten terhadap insektisida sintetik profenofos memiliki kepekaan terhadap insektisida botani ekstrak metanol biji B. asiatica. Kata kunci: Resistensi, enzim, Crocidolomia pavonana, organofosfat, insektisida botani, A. occidentale, N. tabacum

Artikel terkait