October 25, 2009

RESPON PASAR KERJA PERAWAT KLIEN JOMPO ATAS PASAR EKSPOR TENAGA KERJA INDONESIA DALAM SITUASI DAN DAMPAK KRISIS EKONOMI 2008

Erni Tisnawati Sule, Suparmo

(Dikti Depdiknas 2009-Strategi Nasional)

 

Krisis ekonomi 2008 meninggalkan pengangguran, krisis kali ini cenderung mudah turun pada kalangan atas semoga tak semu-labil dan masih saja dirasakan berat di kelas bawah. Diharapkan ada kerja sama antar kelas terutama dalam titip-menitip pengangguran termasuk tenaga akhli antar kelompok kelas. Hasil: Untuk mengisi pengangguran kawula muda sesungguhnya tak begitu sulit untuk dilatih seperti pelatihan menanak nasi antikolesterol, nasi antimata keruh, antiasamurat, antikencingmanis misalnya. Acara pelatihan menanak nasi antikencingmanis ini dinilai secara rata-rata dari karakteristik Praktis ilmunya sebesar 81, Mudah sebesar 83, Rasa enak sebesar 72 dan Murah sebesar 78 dan bila diambil rata-rata dari rata-rata di atas sebesar 78.5 atau nilai cukup (range cukup 70-79, range bagus 80-89). Dalam pelatihan selain ragam masakan mereka juga ada ragam macam pelatihan yang bisa diikuti seperti terapi tradisional bidang pijit akupreseur, akuthermal, pijit kampung, OR (Olah Raga) antikolesterol, OR antiasam urat. Dari evaluasi diri banyak penganggur yang membutuhkan penguasaan bahasa Inggris demi ragam potensi lowongan kerja baru atau lowongan kerja di LN bagi mereka yang memiliki tabungan yang cukup. Selisih upah menjadi kekuatan penarik bagi banyak peminat, sekitar 83 persen kawula muda tertarik bekerja di LN. Selisih upah yang tinggi untuk bekerja di luar negeri ini menjadi bagian perjuangan bagi para pahlawan devisa dan bisa menarik perhatian para perencana. Kemampuan bahasa Asing yang rendah menjadi kendala bagi pekerjaan di perusahaan asing atau di luar negeri. Sekitar 77 persen para kawula muda merasa bahasa Inggris menjadi kendala bekerja di luar negeri. Kemampuan kita dalam bahasa Inggris hingga kini berkembang/ dikembangkan belum maksimal. Sdsd. Metoda dan system pengajaran bahasa Inggris bagi kawula muda masih belum/kurang mampu mendongkrak kelancaran berbahasa asing selama beberapa dasa warsa belakangan ini dari kawasan Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Kediri hingga Malang. Jutaan anak-anak SD-SLTP-SLTA masih akan bernasib tak jauh berbeda dengan senior mereka dan yang terpenting apakah para perencana bersedia melihat potensi bangsa? Jutaan orang kali puluhan juta rupiah per bulan gagal diterima keluarga di Indonesia karena salah satu anggota keluarga gagal bekerja di LN (luar negeri). Sayang, sesungguhnya nilai tersebut adalah nilai devisa yang tak bisa diterima SDM kita karena bahasa digarap belum/kurang serius oleh semua pihak. Sebagian ekspor jasa pekerja Indonesia cenderung menjadi pembantu rumah tangga yang diperlakukan sebagai pekerja kurang mampu dengan baik melakukan hubungan kerja atau babu gagu dan kegaguan komunikasi dalam bahasa asing berpeluang buruk karena sebagian majikan yang stress ekonomi mudah berbicara kasar dan mudah membekali diri dengan ragam alat siksa. Pergantian pemerintahan hingga kini cenderung belum kreatif bagi pendongkrakan bahasa Inggris pada kalangan kawula muda bangsa. Kondisi dan system pengajaran bahasa asing yang kurang intensif hingga kini ternyata masih belum banyak memperoleh perhatian (serius pelajar, masyarakat, guru, pemimpin, dana). Alhasil, bangsa kita masih akan tetap kalah bersaing menghadapi bangsa lain kecuali untuk pasar jasa kerja fisik berat-kasar contohnya bidang-bidang jasa pembantu rumah tangga, supir, tukang gali dan pekerjaan kasar lainnya. Kondisi belajar bahasa ini tak mudah diperhatikan dengan lebih serius oleh setiap menteri baru pada masa lalu bahkan ke depan karena menteri cenderung diambil dari kelompok partai. Kecerdasan dari orang partai habis selama ini energi mereka untuk memikirkan bagaimana cara mengembalikan dana Pemilu yang dikeluarkan oleh masing-masing pribadi dan kebanyakan kebutuhan partai.

Kata Kunci : Pasar Kerja Perawat, Ekspor Tenaga Kerja

Artikel terkait