February 18, 2009

Eksplorasi Potensi Sumber Daya Genetik Kecipir (Psophocarpus tetragonolabus) Asli Indonesia untuk Menunjang Ketahanan Pangan

Prof. Dr.Ir.Murdaningsih H. Karmana, M.Sc, Dr. Ir. Agung Karuniawan, M.Agr, Fakultas: PERTANIAN Sumberdana: HIBAH TIM PASCA SARJANA Tahun: 2009 Abstrak: Tanaman kecipir (Psophocarpus tetragonolobus)) merupakan tanaman legum yang belum begitu tereksploitasi namun memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan. Potensi ini terlihat dari kandungan nutrisi yang kadarnya sangat kompetitif dengan legum-legum lainnya yang lebih dahulu populer di tengah masyarakat seperti kedelai dan kacang tanah. Selain itu, sebagai tanaman asli tropis, peluang pengembangan kecipir lebih besar dibanding kedelai yang merupakan tanaman asli sub tropis. Wilayah Indonesia terutama sekali wilayah papua telah lama dikenal sebagai pusat keragaman tanaman kecipir (center of diversity). Saat ini laboratorium Pemuliaan Tanaman UNPAD Bandung telah memiliki koleksi 55 aksesi kecipir asal beberapa pulau di Indonesia. Penelitian bertujuan (1) melakukan koleksi tambahan plasma nutfah kecipir dari Sumatra, (2) melakukan evaluasi dan karakterisasi aksesi; (3) melakukan analisis diversitas genetik (4) mengevaluasi potensi peningkatan hasil ubi melalui pemangkasan reproduktif (5) melakukan konservasi plasma nutfah kecipir asal Indonesia. Metode penelitian berupa eksperimen lapang di Kebun Percobaan. Percobaan terbagi menjadi dua set yaitu percobaan untuk karakterisasi yang disusun dalam rancangan acak kelompok dengan dua ulangan, dan percobaan untuk menguji pengaruh pemangkasan reproduktif yang disusun dalam rancangan acak kelompok pola split plot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Terdapat diversitas yang cukup luas dari 39 aksesi kecipir yang dievaluasi. Aksesi Karawang 2 terpisah sangat jauh dengan aksesi-aksesi lainnya dan berada pada klaster sendiri. Aksesi-aksesi lainnya yang kebanyakan dari Jawa barat terletak dalam klaster yang terpisah-pisah dan mengindikasikan variasi yang luas di dalam kelompok Jawa barat sendiri. Empat aksesi dari Jojga memperlihatkan kekerabatan yang sangat dekat begitu pula aksesi-aksesi dari IITA (Nigeria). Dua aksesi dari Kalimantan berada pada klaster yang terpisah. Aksesi perwakilan dari Sulawesi berkerabat sangat dekat dengan aksesi 8.14 dari Jawa Barat sementara perwakilan Sumatera (8.31) secara genetik lebih berkerabat dengan Aksesi Rancakaso. Interaksi pengaruh pemangkasan dan genotipe terlihat pada karakter diameter ubi, jumlah ubi per tanaman, dan bobot ubi per plot. Meskipun secara mandiri, pemangkasan tidak memperlihatkan pengaruh yang nyata pada semua karakter yang diamati. Untuk karakter diameter ubi, jumlah ubi, dan bobot ubi per plot, efektivitas pemangkasan terlihat pada genotipe-genotipe tertentu. Pengaruh mandiri genotipe terlihat pada karakter volume ubi dan bobot ubi per tanaman. Untuk karakter panjang ubi, nampaknya pemangkasan, genotipe atau pun interaksi keduanya tidak memperlihatkan pengaruh yang nyata.Genotipe 8.20, 8.16, 8.29, 8.10 dan, 8.6 adalah genotipe-genotipe yang berpotensi untuk menghasilkan ubi dibandingkan dengan genotipe lainnya karena memiliki diameter ubi diatas 2 cm. Kata kunci: Eksplorasi, Sumber daya genetik, Psophocarpus tetragonolabus, ketahanan pangan

Artikel terkait